Rabu, 16 Desember 2015



ANALISIS FILM
“BIOLA TAK BERDAWAI”
Biola Tak Berdawai

Sutradara
Sekar Ayu Asmara
Produser
Nia Dinata
Afi Shamara
Penulis
Sekar Ayu Asmara
Pemeran
Musik
Sinematografi
German G. Mintapradja
Penyunting
Dewi S. Alibasah
Distributor
Kalyana Shira Film
Warner Indonesia
Durasi
97 menit
Negara
Indonesia

1.      Rangkuman / Sinopsis Film
Dimulai dari sebuah rumah dengan arsitektur colonial yang terletak di kota Gede Yogyakarta, ada 2 orang perempuan yang mengabdikan dirinya untuk membantu dan merawat para bayi atau anak-anak yang memiliki kelainan secara fisik dan mental. Mereka adalah Renjani dan Mbak Wid. Renjani adalah seorang perempuan mantan penari balet yang kemudian mendirikan Rumah Asuh Ibu Sejati, yang mengasuh anak-anak cacat. Sedangkan Mbak Wid adalah seorang perempuan yang filosofis terhadap sifat manusia dan pandai membaca kartu tarot yang melamar sebagai dokter di tempat tersebut.
Kisahnya diawali dari kematian seorang bayi bernama sulastri, yang merupakan pasien disana. Baginya, kematian adalah hal yag akan dihadapi semua orang. Renjani memiliki seorang anak asuh bernama Dewa. Renjani sangat menyayangi Dewa. Dewa adalah anak yang dilahirkan dengan jaringan otak yang rusak berat. Selain itu, dia juga mempunyai kecenderungan autisme dan penyandang tuna-wicara. Tubuhnya kerdil, kepalanya selalu tertunduk ke bawah dengan pandangan mata yang hampa.  Renjani selalu memperlakukan Dewa selayaknya anak yang normal. Dia tidak rela jika Dewa harus meninggalkannya seperti anak-anak yang lainnya.
Suatu ketika Renjani mengaku kepada mbak Wid bahwa dirinya dulu pernah menggugurkan bayi dalam kandungannya.  Kehamilan yang dia dapatkan adalah hasil dari kejahatan yang dilakukan oleh guru baletnya. Sehingga, setelah kejadian tersebut Renjani memutuskan untuk berhenti menari balet dan mengabdikan dirinya untuk anak-anak cacat. Disamping itu, Mbak Wid juga mengingat masa lalunya yang kelam. Dia merupakan anak dari seorang pelacur yang mudah hamil. Dia adalah satu-satunya benih yang berhasil selamat. Sedangkan adiknya yang lain telah digugurkan oleh ibunya.
Dikisahkan pada suatu hari Renjani menemukan Dewa membongkar perlengkapan baletnya. Renjani menggunakannya dan menari sambil menyetel musik klasik, saat itulah Dewa merespon dengan mengangkat kepalanya. Renjani berpikir Dewa bisa disembuhkan dengan terapi musik atau tarian, Renjanipun mencarikan sebuah resital musik atau tari untuk disinggahi. Mereka menonton resital musik biola. Setelah selesai, Dewa tidak mau pulang. Saat itulah seorang pemuda yang memainkan biola di resital tadi, Bhisma memperkenalkan diri sambil membawa biola dan tongkat geseknya. Dewa menggenggam tongkat itu terus. Bhisma akhirnya mengantarkan Renjani dan Dewa hingga ke Ibu Sejati, Dewa diperbolehkan memegang tongkat itu hingga esok. Esoknya, Bhisma dan Renjani berbicara banyak, dari situlah Renjani tahu bahwa Bhisma juga turut perhatian dengan anak-anak yang cacat. Bhisma menjadi dekat dengan Mbak Wid dan Renjani juga. Pada malam hari, Bhisma mengajak Renjani untuk berkolaborasi dihadapan Dewa, Renjani akan menari sementara Bhisma memainkan biola. Hal itu terbukti, Dewa mengangkat kepalanya lagi. Renjani dan Bhima berpelukan dan nyaris berciuman sebelum Renjani menghentikannya.
Bhisma mengurung diri di kamarnya membuat sebuah sonata yang berjudul Biola Tak Berdawai, diciptakan untuk Dewa. Bhisma memperdengarkan lagu yang belum selesai ia buat kepada Dewa dan Renjani lewat telepon. Pertemuan Renjani dengan Bhisma keesokan harinya membuat satu janji, Bhisma harus menyelesaikan Biola Tak Berdawai itu. Lalu, Bhisma mengurung diri lagi dan berkata lewat telepon bahwa ia akan memperdengarkannya di tempat resital dimana Bisma dan Renjani bertemu. Resitalpun berlangsung, hingga selesai, Bhisma tidak melihat Renjani maupun Dewa. Iapun membuang sonata yang telah terselesaikan. Bhisma menjadi murung, lalu memutuskan untuk ke Ibu Sejati. Disana ada Mbak Wid yang menceritakan bahwa Renjani ternyata mengidap kanker rahim yang ia dapati setelah melakukan aborsi yang sembarangan. Renjani sendiri mengira bahwa itu adalah maag biasa, pada malam resital Bhisma, Dewa dan Renjani sudah rapih, tetapi Renjani tiba-tiba ambruk dan dibawa ke rumah sakit. Ia meninggal setelah seminggu dalam keadaan koma. Bhisma menangisi Renjani sambil memeluk Dewa yang terduduk disamping tempat tidur. Beberapa hari kemudian, Bhisma bersama Dewa mengunjungi makam Renjani. Bhisma kemudian mendudukkan Dewa disamping nisan, lalu Bhisma mengambil biola dan memainkan Biola Tak Berdawai, menuntaskan janjinya kepada Renjani


2.      Analisis Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik
UNSUR INTRINSIK
1.      TEMA             : Sosial dan Percintaan
2.      AMANAT     
Tidak semua orang dapat terlahir dengan sempurna. Sehingga sebagai manusia kita harus saling menghargai, menyayangi dan membantu sesama.
3.      ALUR             : Maju-Mundur
4.      LATAR
a.       Waktu       : Pagi, siang dan malam
b.      Tempat      : Rumah asuh Ibu Sejati, Kuburan, Tempat pertunjukan
c.       Suasana     : Tegang, bahagia, sedih, dan kacau
5.      PENOKOHAN
a.       Renjani
Seorang perempuan mantan penari balet yang penyayang
b.      Mbak Wid
Seorang perempuan yang filosofis terhadap sifat manusia dan pandai membaca kartu tarot
c.       Dewa
Anak yang dilahirkan dengan jaringan otak yang rusak berat. Selain itu, dia juga mempunyai kecenderungan autisme dan penyandang tuna-wicara. Tubuhnya kerdil, kepalanya selalu tertunduk ke bawah dengan pandangan mata yang hampa. 
d.      Bhisma     
Seorang mahasiswa jurusan musik yang pandai memainkan biola.  Bhisma ternyata juga peduli terhadap anak-anak tunadaksa. Bhisma melihat Bhisma dan bayi-bayi cacat lainnya sebagai ciptaan Tuhan yang indah tapi tidak diberkati dengan kehidupan yang berguna
UNSUR EKSTRINSIK
1.      LATAR BELAKANG PENULIS
Sekar Ayu Asmara adalah seorang pekerja seni asal Indonesia. Lahir di Jakarta, ia mengikuti karier diplomat ayahnya sehingga dirinya bermukim di banyak negara. Negara yang pernah ia tempati termasuk Afghanistan, Turki, dan Belanda. Semua bidang seni yang ia tekuni, semuanya dipelajari secara autodidak.Keberadaannya di kancah seni di Indonesia, diapresiasikan di banyak profesi seperti komponis, pelukis, sutradara dan penulis. Selain itu ia dikenal sebagai produser dan pencipta lagu-lagu dalam hampir semua album penyanyi Rita Effendy.


2.      NILAI MORAL

Tidak semua orang dapat terlahir dengan sempurna. Sehingga sebagai manusia kita harus saling menghargai, menyayangi dan membantu sesama.