ANALISIS FILM
“BIOLA TAK BERDAWAI”
|
Biola Tak Berdawai
|
|
|
|
|
|
Sutradara
|
Sekar Ayu Asmara
|
|
Produser
|
|
|
Penulis
|
Sekar Ayu Asmara
|
|
Pemeran
|
|
|
Musik
|
|
|
Sinematografi
|
German G. Mintapradja
|
|
Penyunting
|
Dewi
S. Alibasah
|
|
Distributor
|
|
|
Durasi
|
97 menit
|
|
Negara
|
Indonesia
|
1.
Rangkuman / Sinopsis Film
Dimulai dari sebuah rumah dengan arsitektur colonial
yang terletak di kota Gede Yogyakarta, ada 2 orang perempuan yang mengabdikan
dirinya untuk membantu dan merawat para bayi atau anak-anak yang memiliki
kelainan secara fisik dan mental. Mereka adalah Renjani dan Mbak Wid. Renjani
adalah seorang perempuan mantan penari balet yang kemudian mendirikan Rumah
Asuh Ibu Sejati, yang mengasuh anak-anak cacat. Sedangkan Mbak Wid adalah
seorang perempuan yang filosofis terhadap sifat manusia dan pandai membaca
kartu tarot yang melamar sebagai dokter di tempat tersebut.
Kisahnya diawali dari kematian seorang bayi bernama sulastri,
yang merupakan pasien disana. Baginya, kematian adalah hal yag akan dihadapi
semua orang. Renjani memiliki seorang anak asuh bernama Dewa. Renjani sangat
menyayangi Dewa. Dewa adalah anak yang dilahirkan dengan jaringan otak yang
rusak berat. Selain itu, dia juga mempunyai kecenderungan autisme dan
penyandang tuna-wicara. Tubuhnya kerdil, kepalanya selalu tertunduk ke bawah
dengan pandangan mata yang hampa.
Renjani selalu memperlakukan Dewa selayaknya anak yang normal. Dia tidak
rela jika Dewa harus meninggalkannya seperti anak-anak yang lainnya.
Suatu ketika Renjani mengaku kepada mbak Wid bahwa
dirinya dulu pernah menggugurkan bayi dalam kandungannya. Kehamilan yang dia dapatkan adalah hasil dari
kejahatan yang dilakukan oleh guru baletnya. Sehingga, setelah kejadian
tersebut Renjani memutuskan untuk berhenti menari balet dan mengabdikan dirinya
untuk anak-anak cacat. Disamping itu, Mbak Wid juga mengingat masa lalunya yang
kelam. Dia merupakan anak dari seorang pelacur yang mudah hamil. Dia adalah
satu-satunya benih yang berhasil selamat. Sedangkan adiknya yang lain telah
digugurkan oleh ibunya.
Dikisahkan pada suatu hari Renjani menemukan Dewa membongkar
perlengkapan baletnya. Renjani menggunakannya dan menari sambil menyetel musik
klasik, saat itulah Dewa merespon dengan mengangkat kepalanya. Renjani berpikir
Dewa bisa disembuhkan dengan terapi musik atau tarian, Renjanipun mencarikan
sebuah resital musik atau tari untuk disinggahi. Mereka menonton resital musik
biola. Setelah selesai, Dewa tidak mau pulang. Saat itulah seorang pemuda yang
memainkan biola di resital tadi, Bhisma memperkenalkan diri sambil membawa
biola dan tongkat geseknya. Dewa menggenggam tongkat itu terus. Bhisma akhirnya
mengantarkan Renjani dan Dewa hingga ke Ibu Sejati, Dewa diperbolehkan memegang
tongkat itu hingga esok. Esoknya, Bhisma dan Renjani berbicara banyak, dari
situlah Renjani tahu bahwa Bhisma juga turut perhatian dengan anak-anak yang
cacat. Bhisma menjadi dekat dengan Mbak Wid dan Renjani juga. Pada malam hari,
Bhisma mengajak Renjani untuk berkolaborasi dihadapan Dewa, Renjani akan menari
sementara Bhisma memainkan biola. Hal itu terbukti, Dewa mengangkat kepalanya
lagi. Renjani dan Bhima berpelukan dan nyaris berciuman sebelum Renjani
menghentikannya.
Bhisma
mengurung diri di kamarnya membuat sebuah sonata yang berjudul Biola Tak
Berdawai, diciptakan untuk Dewa. Bhisma memperdengarkan lagu yang belum selesai
ia buat kepada Dewa dan Renjani lewat telepon. Pertemuan Renjani dengan Bhisma
keesokan harinya membuat satu janji, Bhisma harus menyelesaikan Biola Tak
Berdawai itu. Lalu, Bhisma mengurung diri lagi dan berkata lewat telepon bahwa
ia akan memperdengarkannya di tempat resital dimana Bisma dan Renjani bertemu.
Resitalpun berlangsung, hingga selesai, Bhisma tidak melihat Renjani maupun
Dewa. Iapun membuang sonata yang telah terselesaikan. Bhisma menjadi murung,
lalu memutuskan untuk ke Ibu Sejati. Disana ada Mbak Wid yang menceritakan
bahwa Renjani ternyata mengidap kanker rahim yang ia dapati setelah melakukan
aborsi yang sembarangan. Renjani sendiri mengira bahwa itu adalah maag biasa,
pada malam resital Bhisma, Dewa dan Renjani sudah rapih, tetapi Renjani
tiba-tiba ambruk dan dibawa ke rumah sakit. Ia meninggal setelah seminggu dalam
keadaan koma. Bhisma menangisi Renjani sambil memeluk Dewa yang terduduk
disamping tempat tidur. Beberapa hari kemudian, Bhisma bersama Dewa mengunjungi
makam Renjani. Bhisma kemudian mendudukkan Dewa disamping nisan, lalu Bhisma
mengambil biola dan memainkan Biola Tak Berdawai, menuntaskan janjinya kepada
Renjani
2.
Analisis Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik
UNSUR
INTRINSIK
1. TEMA : Sosial dan Percintaan
2. AMANAT
Tidak semua orang dapat
terlahir dengan sempurna. Sehingga sebagai manusia kita harus saling
menghargai, menyayangi dan membantu sesama.
3. ALUR : Maju-Mundur
4. LATAR
a. Waktu : Pagi, siang dan malam
b. Tempat : Rumah asuh Ibu Sejati, Kuburan, Tempat
pertunjukan
c. Suasana
: Tegang, bahagia, sedih, dan kacau
5. PENOKOHAN
a. Renjani
Seorang perempuan
mantan penari balet yang penyayang
b. Mbak
Wid
Seorang perempuan yang
filosofis terhadap sifat manusia dan pandai membaca kartu tarot
c. Dewa
Anak yang dilahirkan
dengan jaringan otak yang rusak berat. Selain itu, dia juga mempunyai
kecenderungan autisme dan penyandang tuna-wicara. Tubuhnya kerdil, kepalanya
selalu tertunduk ke bawah dengan pandangan mata yang hampa.
d. Bhisma
Seorang
mahasiswa jurusan musik yang pandai memainkan biola. Bhisma ternyata juga
peduli terhadap anak-anak tunadaksa. Bhisma melihat Bhisma dan bayi-bayi cacat
lainnya sebagai ciptaan Tuhan yang indah tapi tidak diberkati dengan kehidupan
yang berguna
UNSUR
EKSTRINSIK
1. LATAR
BELAKANG PENULIS
Sekar
Ayu Asmara adalah seorang pekerja seni asal Indonesia.
Lahir di Jakarta,
ia mengikuti karier diplomat
ayahnya sehingga dirinya bermukim di banyak negara. Negara yang pernah ia
tempati termasuk Afghanistan, Turki,
dan Belanda.
Semua bidang seni yang ia tekuni, semuanya dipelajari secara autodidak.Keberadaannya
di kancah seni di Indonesia, diapresiasikan di banyak profesi seperti komponis,
pelukis,
sutradara
dan penulis.
Selain itu ia dikenal sebagai produser dan pencipta lagu-lagu dalam hampir
semua album penyanyi Rita Effendy.
2. NILAI
MORAL
Tidak semua orang dapat
terlahir dengan sempurna. Sehingga sebagai manusia kita harus saling
menghargai, menyayangi dan membantu sesama.